Anak, Lagu, dan Moralitas.
 Oleh : Ikhwani Mufidhah, Mahasiswi BKI IAIN Surakarta
Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial, dan lainnya. Setiap anak berbeda-beda dalam menangkap dari berbagi informasi, dalam memahami orang di sekitarnya. Ikhtiar orang tua dalam menjaga marwah anak kecil, jika orang tua mampu memberikan edukasi untuk anak perihal dari yang terkecil hal tersebut pasti akan menjadi tolak ukur si anak dalam berperilaku. Saya ingat  dengan yang dilansir di Solopos minggu(29/10) dari dunia selebritas, Lagu Via Vallen  bertajuk Sayang yang bergenre dangdut koplo tersebut dihafal oleh anak kecil berumur sekitar 3 tahun oleh salah satu anak artis kondang putri pasangan dari Gading Marten dan Gisella Anastasia, Gempita Noura Marten. Dalam sebuah video, gempita fasih membawakan lagu yang laris membuat kranjingan banyak orang tersebut, padahal lagu Sayang memiliki kesulitan tinggi karena menggunakan bahasa Jawa. Hal ini patut ditelisik. Potongan lirik lagu Sayang, Wes tak cobo nglalekne /  jenengmu soko ati ku / sak tenane ra ngapusi isih tresno sliramu/  Duko pujane ati nanging koe ora ngerti/ Kowe wes tak wanti-wanti / Malah jebul sak iki koe mblenjani janji / Jare sehidup semati nanging opo bukti/
Lagu Sayang berisikan tentang hubungan sepasang kekasih. Hal disini jika dikaitkan dengan moralitas anak kecil sungguhlah menjadi keprihatinan tersendiri. Moral dapat diartikan sebagai semangat atau dorongan batin dalam diri seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, Moral atau Moralitas dilandasi oleh nilai yang diyakini oleh seseorang tertentu sebagai sesuatu yang baik ataupun buruk, seorang individupun(anak) walaupun masih anak-anak menyadari bahwa ia merupakan bagian anggota dari kelompoknya(keluarga), disadari atau tidak pada umumnya individu mengikuti aturan yang berlaku seperti apa saja perilaku yang boleh dilakukan oleh anak, dan yang dihindari. Hal ini berkaitan dengan urusan “permusikan”untuk anak. Tentunya musik atau lagu punya genre tersendiri, yang pada umumnya dikenal khalayak dibentuk hierarki bahwa lagu anak-anak diperdengarkan untuk anak, lagu yang bergenre rock untuk orang dewasa, begiti seterusnya, hal tersebut mendarah daging dari segi pemikiran ketika dahulu. Stok
Lagu-lagu yang dikonsumsi anak zaman milenial kini beragam, tak kalah nge-trend dengan lagu Sayang,yaitu : Jaran Goyang, Banyu Langit, Kimcil Kepolen, dan masih banyak lagi. Lagu-lagu tersebut dibiarkan menggaung jelas di telinga mungil anak-anak. Belum lagi jika Anak mencari tahu video clip nya, hal pertontonan dari mulai cara menyanyi si penyanyi, cara berpakaian yang identik tidak pas untuk dilihat dan didengar Anak. Sebenarnya tidak salah jika lagu-lagu tersebut beredar, tapi saya rasa jika yang mengonsumsi lagu tersebut bukan wilayahnya ini menjadi fatal. Moralitas anak kini semakin krisis, anak semakin tidak terjamah pemantauannya dari orang tua. Jika yang dilakukan orang tua-orang tua saat ini apatis dalam hal konsumsi lagu untuk anaknya, akan dikemanakan laju moralitas si anak? Daya tangakap pengelihatan maupun pendengaran  anak sungguhlah sangat cepat, jika anak sedari kecil tidak di biasakan mendengarkan maupun melihat yang baik, sungguh jika ia tumbuh beranjak dewasa tidak menutup kemungkinan ia pun akan berbicara, melihat, atau bertingkah sesuai apa yang ia biasakan sedari kecil dahulu. Masa kanak-kanak menjadi sesi dimana orang tua, dan lingkungannya membentuk karakter anak, maka orang tua perlu memodifikasi perilaku maupun lingkungan, dari mulai barang apa saja yang digunakan untuk bermain anak, kawan bermainnya siapa saja,  cerita atau dongeng apa yang pantas untuk anak, terlebih lagu-lagu mana saja yang pantas didengar oleh anak. 
Ikhtiar ini bukan dalam rangka mengekang si buah hati, bukan dalam rangka pula mengurangi kebebasan dunia nya, tapi dalam rangka salah satu peran kepedulian menjaga marwah moralitas anak, agar tidak terkontaminasi dengan hal-hal buruk yang mungkin akan terjadi. Jika sebagian orang tua masih mempertanyakan lagu yang bagaimana yang tepat untuk anak, ada beberapa hal yang bisa jadi pertimbangan orang tua dalam segi pemilihan lagu untuk anak, dari segi bagaimana liriknya, instrumennya, hingga esensi dalam lagu tersebut. Orang tua sebagai motor anaknya dalam berperilaku, orang tua mungkin akan berdalih di zaman sekarang tak ada lagu-lagu yang pantas untuk anak saya, semuanya sama saja, mungkin type yang seperti ini tak banyak tapi hal ini bisa menjadi patokan yang salah untuk orang tua, masih banyak lagu untuk konsumsi anal-anak, orang tua tak boleh menyamakn selera nya(kalangan orang dewasa) dengan selera anak kecil, jika masih kebingungan lagu apa yang menjadi selera anak kecil zaman sekarang tapi tetap menjaga koridor “keanakan” nya, terdapat beberapa mahasiswa di salah satu Unviversitas di Salatiga yaitu Bram & Samer yang mengalami kegelisahan persoalan konten positif untuk anak, mereka membuat single Berlibur Ke Pantai, dengan potongan lirik : aku ingin berenang /tampaknya menyenangkan /kusiapkan baju renangku /tapi kulihat /ternyata/ ombaknya sangat besar/ ku gagal berenang /dan aku kesal/ Papa dan mama berkata/ janganlah aku marah / lain waktu aku bisa /berenang di pantai /
Lirik lagu ini mengajarkan tentang komunikasi antara orang tua dengan anak. Bahwa tidak semua keinginan anak bisa terpenuhi, orangtua melarang sesuatu hal termasuk berenang karena ombaknya besar dengn maksud untuk menjaga keselamatan jiwa anak itu sendiri, hal ini bisa menjadi edukasi untuk anak. Lagu ini bergenre pop dan raggae yang asik didengar untuk anak, sehingga tak ada lagi orang tua yang nyeletuk mendingan lagu dangdut koplo untuk anak karena nadanya asik! Terbentuknya moralitas anak dipengaruhi dengan apa yang ia lihat dan ia dengar, termasuk lagu! 

Komentar

Postingan Populer