Kerinduan Untuk Sang Guru: Mbah Nun
Kerinduan Untuk Sang Guru
: Mbah Nun
Pada malam yang dingin nan ramai
Kami berduyun-duyun mendatangimu
membawa badai rindu yang penuh
Sedari sore merapal tanya dan kata indah
Duduk bersama melepas rindu pada sang guru
Memandangnya dari jarak
Menelisik penuh tanya, apakah sang guru dalam keadaan sehat?
Guruku, dari jarak kami meneteskan air mata
Semoga Kau dalam keadaan sehat
Agar kami selalu mendapatkan alarm-alarm darimu
Sorot mata yang mengajak kembali baik pada Nya
Guyonan renyah yang menyadarkan untuk selalu tepo seliro
Gertakan tegas penuh pesan untuk tidak iri, dan dendam
Nasihat penuh sentilan itu diam-diam kami tertawai
Dalam hati penuh dosa merintih:
Duh Gusti, kami jauh dari Mu, semoga kami bisa kembali di jalan Mu
Terima kasih manusia kotor ini Gusti...
Peluk erat kami selalu
Guruku, Apakah berkenan?
Menerima kerinduan kami dengan utuh dan baik?
Jangan lihat kami saat air mata kami menetes
Itu artinya kami yang begitu kotor
Kami malu saat sorot mata ini bertemu denganmu
Kami yang tidak tahu diri ini ingin perlu
Air mata kami menjadi saksi bisu
Tiada yang mampu menempatinya
televisi baris doa dan temu
Guruku, kami rindu selalu!
Mufida, 15 Mei 2020. ditulis saat terburu-buru dan sedang rindu.
Komentar
Posting Komentar