#PerjalananSkripsi1
#PerjalananSkripsi1
Menulis ini setelah makan sore dirangkap makan siang, duet maut antara soto, tahu, kerupuk dan es nutrisari. Jadi aku menulis ini dengan nyawa sadar dong ya! hehe
Sepertinya keresahan ini harus aku tulis disini saja, biar kamu bisa baca (karena aku adalah kata, yang menunggu untuk selalu kamu baca dan menjadi cinta, *halaaaah) yang biasanya aku nyampah tentang perjalanan skripsi di jurnal khusus, tapi kayaknya lebih seru di abadikan disini, ya walaupun apa-apa yang aku tulis nggak seru-seru amat.
Seperti hashtag diatas, aku akan bercerita perihal perjalanan skripsiku.
Jadi begini, aku masih saja belum percaya berdiri pada lingkaran ini. Semester delapan, skripsi, lulus, dan mengakhiri jabatan sebagai mahasiswa S1. Ada yang sama? Kalau aku type-type orang yang sering nggumunan pada dinamis nya fase hidup. Tau-tau aku ini, tau-tau aku inu, tau-tau aku itu. Gilak, masih aja nggak sadar dan sering nggak percaya. Haha.
Relate seperti yang dikatakan Syahid muhammad di buku Saddha ".....Ada yang nyaman untuk terbaring santai di titik nyaman dengan segala keriuhan hatinya. Bahkan ada yang tak tahu apa yang dikerjakannya, atau tak tahu harus melangkah ke mana. Seolah semua raga yang bergerak berbanding terbalik dengan jiwa yang ternyata hanya diam di satu buah lingkaran mengelilingi kemonotonan. "
Yaaa, aku masih saja begini-begini., belum melangkah jauh untuk segera menyelesaikan skripsi. Ya gimana mau cepat-cepat menyelesaikan, wong aku belum selesai sama urusanku sendiri. Di pikiranku itu masih diskusi ramai dan belum merasa selesai. Masih aja penasaran dan bertanya-tanya, yak kenapa kuliah empat taun harus diakhiri skripsi? kenapa tidak skripsi di taruh di semester 4 atau 5? kenapa KKN, magang, dan skripsi itu berurutan? kenapa banyak orang berpikiran skripsi itu hal mudah? kenapa ada yang berpikiran skripsi itu tugas berat? kenapa dalam skripsi ada yang literatur? itu nggak terjun langsung ke lapangan ya? Gak pengen ngrasain apa? Kalo enggak ya, seberapa penting skripsi itu? enakan dianggap sebuah proses kuliah atau sebuah tujuan akhir kuliah? Kenapa ada yang mengorbankan waktu liburan demi ngerjain skripsi? kenapa ada yang rela nggak mau nongkrong bareng lagi alesannya sibuk skripsi? Woy, skripsi apaan woy. Mengubah hidup banget. Haha. Nah gini nih. Tiap hari tiap jam buaanyaaak banget pertanyaan-pertanyaan yang sering menghantui hidup aku. Capek juga sebenernya.
Kalo misal ada yang dengan entengnya bilang, "yauda leh yaa, skripsi skripsi aja, di kerjain, di jalanin, nggak usah banyak tanya, gasss! skripsi"
Hahaha, Jaaaaaaan..gkrik! Tidak semudah itu markonah.
Aku harus berdamai dengan diri sendiri dulu. Katanya harus adil sejak dalam pikiran?
Aku sama pikiranku aja masih berantem, gimana mau gas ? Gasruk, iyaaa. Haha
Awal sebelum mengajukan judul, aku meminta wejangan salah satu dosen. Tentang rumitnya ketertarikanku dengan beberapa tema. Aku meminta bantuannya untuk ikut membreakdown. Tentang anxiety disorder, bipolar disorder, coping stress isteri TNI, LGBT-gay, Issue perempuan dan gender-feminisme. Akhirnya dengan bantuan dosenku, setelah pikiranku di lerai, aku memilih mengangkat issue gay di Solo.
Dengan banyak pertimbangan dong tentunya, ya salah satunya sebagai seorang akademisi (uhuk!) harus "sadar" akan merebahnya komunitas itu, yang makin hari gerakannya makin massif. Sebuah status abnormal, dan sebisa mungkin kalaupun aku jadi meneliti ini sebisa mungkin harus mengkampanyekan bagaimana hal itu, harus bagaimana, dan mau dibawa ke arah mana. Intinya, peduli dengan kesehatan masyarakat lah, jangan sampai dengan pedenya mengamini status-status abnormal itu. Begitulah.
Udah ngajuin judul, biro judulnya eksaiteeeeed banget dengan penelitianku, katanya belum banyak yang meneliti, yaak tapi harus cari variable yang lebih unik katanya, biar totalitas. Okeee siapppp komandan! hormat grak!
Lalu, lalu, lalu, aku baca-baca referensi di ini itu dulu terus buat outline. Nah, di sepanjang perjalanan aku buat outline nih, nggak sedikit kawan-kawan yang mempertanyakan perihal penelitianku.
Ada yang dengan siap sedianya menawarkan bantuan kalau nanti penelitian, ada yang merekomendasikan kenalannya yang gay, ada yang menawarkan referensi buku, tapi yaa tidak sedikit yang meragukan aku. Ya wajarlah, soalnya banyak yang antipati dengan orang-orang seperti itu, tapi tidak mau mencari tahu bagaimana bisa terjadi, apa yang sebenarnya mereka inginkan, dan apa motif dibalik itu semua. Ciyaaaaa.
Tadi aku berpikiran, kalau aku terus-terusan tidak bisa damai dengan pikiranku sendiri bisa kacau untuk langkah selanjutnya, yaa aku berusaha harus bisa "berdiplomatis" kalau kata Mbah Nun, paham apa, bagaimana, sumbernya dari mana, dll. Huuh, Mbah Nun.. Deep...
Walau belum secara menyeluruh, aku akan berusaha untuk kompromi dengan pikiranku. Dan tentunya ketakutanku.
Untuk perjalanan kedepan tentang skripsi mungkin harus dikasih punishment dan reward kalik yaa. Kalau males di kasih punishment tidur, kalau ada progress di kasih reward jalan-jalan. Hiyaaa..
Semoga lewat skripsi aku bisa lebih aware sama kemanusiaan, dan kesehatan mental.
Tidak melupakan lingkungan sekitar malah mengejar dapukan pahlawan oleh orang lain.
Dan, menciptakan vibes bersama kawan-kawan skripsweet bukan skripshit.
Amin.
Gusti, peluk saya selalu. {}
Komentar
Posting Komentar